
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, menyumbang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional. Dengan jumlah mencapai 64,2 juta unit, UMKM memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi kekuatan utama dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong UMKM naik kelas, meningkatkan kontribusi mereka terhadap ekspor Indonesia, serta memperkuat daya saing di pasar domestik maupun internasional, khususnya menjelang dan di tahun 2025.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Seputar Perseroan Terbatas (PT)
Visi dan Strategi Pemerintah untuk UMKM di Tahun 2025
Pemerintah telah menetapkan berbagai program strategis untuk UMKM, yang sebagian besar akan berlanjut dan diintensifkan pada tahun 2025. Salah satu fokus utama adalah peningkatan kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional, yang saat ini masih di bawah 15%. Targetnya adalah mencapai 17% pada tahun 2024 dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah menyiapkan ekosistem pembiayaan yang terintegrasi, yang mencakup skema pembiayaan baru dan perbaikan akses terhadap modal.
Beberapa program dan inisiatif pemerintah yang akan berlaku di tahun 2025 meliputi:
1. Akses Pembiayaan dan Permodalan: Pemerintah terus mempermudah UMKM dalam mendapatkan modal usaha. Berbagai skema pembiayaan, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat), bantuan langsung tunai (BLT), bantuan produktif usaha mikro (BPUM), dan bantuan modal UMKM lainnya, akan tetap tersedia. Selain itu, kolaborasi dengan lembaga keuangan seperti perbankan, koperasi, dan lembaga pembiayaan non-bank akan diperkuat untuk menyediakan solusi pembiayaan yang lebih praktis dan terjangkau.
2. Transformasi Digital: Digitalisasi menjadi kunci utama bagi UMKM untuk bertahan dan berkembang. Pemerintah mendorong UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital dalam pemasaran, manajemen operasional, dan transaksi. Melalui program seperti onboarding ke platform digital, pelatihan literasi digital, dan pemanfaatan teknologi e-commerce, UMKM diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan efisiensi.
3. Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Produk: Program pelatihan, pendampingan, dan bimbingan teknis terus digalakkan untuk meningkatkan kualitas produk UMKM, daya saing, serta standarisasi. Ini termasuk bantuan untuk mendapatkan sertifikasi produk dan perizinan usaha.
4. Akses Pasar dan Promosi: Pemerintah memfasilitasi UMKM untuk masuk ke pasar yang lebih luas, baik domestik maupun global. Inisiatif seperti business matching dan partisipasi dalam pameran dagang internasional menjadi strategi penting. Misalnya, pada Januari hingga Maret 2025, produk UMKM berhasil mencatat transaksi senilai USD 13,86 juta melalui business matching. Selain itu, Pertamina juga berencana membawa 23 UMKM binaannya ke Korea Import Fair 2025, menunjukkan komitmen untuk mempromosikan produk UMKM di kancah internasional.
5. Kebijakan Pajak yang Mendukung: Pemerintah terus meninjau dan menerapkan kebijakan pajak yang berpihak pada UMKM, seperti tarif PPh final 0,5% bagi UMKM dengan omzet di bawah Rp 4,8 miliar per tahun. Diskusi mengenai kebijakan pajak UMKM di tahun 2025 terus dilakukan untuk memastikan keberpihakan terhadap pelaku usaha.
6. Kolaborasi Lintas Sektor: Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi menjadi penting untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi UMKM. Berbagai webinar edukasi gratis dan program kemitraan terus diselenggarakan untuk membekali UMKM dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan.
Tantangan dan Peluang UMKM di Tahun 2025
Meskipun prospek UMKM di tahun 2025 diproyeksikan positif, beberapa tantangan signifikan tetap harus dihadapi. Tantangan utama meliputi:
- Digitalisasi: Meskipun menjadi peluang, digitalisasi juga merupakan tantangan bagi UMKM yang belum sepenuhnya beradaptasi dengan teknologi. Masih banyak UMKM yang belum melek digital atau kesulitan dalam memanfaatkan platform daring secara optimal.
- Akses Permodalan: Kendati pemerintah telah mempermudah akses pembiayaan, sebagian UMKM, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi kendala dalam mendapatkan modal yang cukup untuk pengembangan usaha.
- Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Produk: Persaingan yang ketat, baik dari produk impor maupun UMKM lain, menuntut UMKM untuk terus meningkatkan kualitas, inovasi, dan nilai tambah produk mereka.
- Ketimpangan dan Daya Beli: Tantangan ekonomi mikro Indonesia di tahun 2025 juga mencakup isu ketimpangan pendapatan dan fluktuasi daya beli masyarakat yang dapat mempengaruhi omzet UMKM.
Di sisi lain, tahun 2025 juga membawa peluang besar bagi UMKM. Peningkatan kesadaran masyarakat akan produk lokal, tren gaya hidup sehat dan berkelanjutan, serta potensi pasar ekspor yang terus terbuka, menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan. Sektor-sektor seperti makanan dan minuman olahan, kerajinan tangan, fesyen, jasa kreatif, dan produk pertanian organik diprediksi akan memiliki prospek yang menjanjikan. Pemanfaatan e-commerce dan media sosial juga membuka jalan bagi UMKM untuk menjangkau konsumen yang lebih luas tanpa harus memiliki toko fisik.
Masa Depan UMKM Indonesia
UMKM memiliki peran krusial dalam menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mendorong pemerataan ekonomi. Dengan dukungan kuat dari pemerintah, kolaborasi aktif dari berbagai pihak, serta kemauan UMKM untuk berinovasi dan beradaptasi, UMKM Indonesia diharapkan dapat terus naik kelas, meningkatkan kontribusi signifikan terhadap PDB dan ekspor, serta menjadi pemain yang lebih tangguh di pasar global. Transformasi digital dan peningkatan kualitas sumber daya manusia UMKM akan menjadi kunci keberlanjutan dan pertumbuhan di masa depan.