
Disfungsi ereksi (DE), atau sering disebut impotensi, adalah kondisi umum yang memengaruhi jutaan pria di seluruh dunia. Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Meskipun sering dianggap sebagai masalah yang memalukan, DE adalah kondisi medis yang dapat diobati dan sering kali merupakan indikator adanya masalah kesehatan mendasar lainnya.
Baca Juga: Gejala, Penyebab, Serta Cara Mengatasi Ketoasidosis Diabetik
Memahami Disfungsi Ereksi
Ereksi adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, dan pembuluh darah. Ketika salah satu dari komponen ini terganggu, disfungsi ereksi dapat terjadi. DE didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk aktivitas seksual. Penting untuk diingat bahwa sesekali mengalami kesulitan ereksi bukanlah pertanda DE; kondisi ini didiagnosis ketika masalah ereksi terjadi secara teratur dan menyebabkan tekanan atau kesulitan dalam hubungan.Gejala Disfungsi Ereksi
Gejala utama disfungsi ereksi meliputi:- Kesulitan mencapai ereksi.
- Kesulitan mempertahankan ereksi selama aktivitas seksual.
- Penurunan gairah seksual atau libido.
Bagi sebagian pria, DE dapat menyebabkan kecemasan, depresi, atau masalah dalam hubungan. Karena ereksi pagi hari (nokturnal) adalah indikator kesehatan vaskular dan saraf, hilangnya ereksi pagi juga bisa menjadi gejala DE.
Berbagai Penyebab Disfungsi Ereksi
Penyebab disfungsi ereksi sangat beragam dan seringkali melibatkan kombinasi faktor fisik dan psikologis.Penyebab Fisik (Organik):
Sebagian besar kasus DE memiliki penyebab fisik. Kondisi medis yang memengaruhi aliran darah, fungsi saraf, atau kadar hormon dapat menyebabkan DE.- Penyakit Kardiovaskular: Kondisi seperti aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kolesterol tinggi dapat menyempitkan pembuluh darah, termasuk yang memasok darah ke penis, sehingga menghambat aliran darah yang diperlukan untuk ereksi. DE sering dianggap sebagai "jendela" menuju penyakit jantung, karena pembuluh darah di penis lebih kecil dan lebih cepat terpengaruh oleh penyempitan.
- Diabetes: Diabetes yang tidak terkontrol dapat merusak saraf dan pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk yang terlibat dalam proses ereksi.
- Kondisi Neurologis: Penyakit seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis (MS), stroke, cedera tulang belakang, atau cedera saraf panggul (misalnya, setelah operasi prostat atau kandung kemih) dapat mengganggu sinyal saraf dari otak ke penis.
- Penyakit Peyronie: Kondisi ini menyebabkan pembentukan jaringan parut fibrosa di dalam penis, yang dapat menyebabkan penis melengkung atau nyeri saat ereksi.
- Gangguan Hormonal: Kadar testosteron rendah (hipogonadisme) dapat memengaruhi gairah seks dan kemampuan ereksi. Masalah dengan kelenjar tiroid atau adrenal juga bisa menjadi penyebab.
- Penyakit Ginjal Kronis: Penyakit ginjal dapat memengaruhi keseimbangan hormon, aliran darah, dan fungsi saraf, berkontribusi pada DE.
- Operasi atau Cedera: Operasi tertentu di daerah panggul (misalnya, prostatektomi radikal untuk kanker prostat) atau cedera pada penis, sumsum tulang belakang, atau daerah panggul dapat merusak saraf atau pembuluh darah yang penting untuk ereksi.
Penyebab Psikologis:
Faktor-faktor psikologis dapat memainkan peran signifikan dalam DE, bahkan ketika ada penyebab fisik.- Stres dan Kecemasan: Tekanan pekerjaan, masalah keuangan, atau kecemasan kinerja (ketakutan akan kegagalan saat berhubungan seks) dapat menghambat kemampuan ereksi.
- Depresi: Depresi sering dikaitkan dengan penurunan gairah seksual dan DE.
- Masalah Hubungan: Konflik atau masalah komunikasi dengan pasangan dapat memengaruhi gairah dan kinerja seksual.
- Rasa Bersalah atau Trauma: Pengalaman seksual yang traumatis di masa lalu atau perasaan bersalah dapat memengaruhi respons seksual.
Faktor Gaya Hidup:
Gaya hidup juga berperan besar dalam risiko DE.- Merokok: Merokok merusak pembuluh darah, mengurangi aliran darah ke penis, dan dapat memperburuk aterosklerosis.
- Konsumsi Alkohol Berlebihan: Alkohol dapat menekan sistem saraf pusat dan memengaruhi fungsi ereksi, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
- Penyalahgunaan Narkoba: Penggunaan narkoba terlarang dapat memengaruhi fungsi seksual.
- Obesitas: Kelebihan berat badan atau obesitas sering dikaitkan dengan penyakit jantung, diabetes, dan sindrom metabolik, yang semuanya merupakan faktor risiko DE.
- Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat berkontribusi pada obesitas dan masalah kardiovaskular.
Obat-obatan:
Beberapa obat dapat menyebabkan DE sebagai efek samping, termasuk:- Obat tekanan darah (terutama diuretik dan beta-blocker).
- Antidepresan (terutama SSRI).
- Obat penenang.
- Obat antihistamin.
- Obat untuk masalah prostat.
- Obat penurun nafsu makan.
Usia:
Meskipun DE bukan bagian yang tak terhindarkan dari penuaan, risikonya memang meningkat seiring bertambahnya usia. Pria yang lebih tua mungkin membutuhkan lebih banyak stimulasi langsung untuk mencapai ereksi dan ereksi mungkin tidak sekuat atau sepadat saat muda. Namun, DE pada pria yang lebih tua seringkali disebabkan oleh kondisi kesehatan yang lebih umum pada usia tersebut, seperti penyakit jantung atau diabetes.Diagnosis Disfungsi Ereksi
Diagnosis DE dimulai dengan riwayat medis dan seksual yang menyeluruh, termasuk informasi tentang gejala, riwayat kesehatan, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan faktor gaya hidup. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda masalah hormonal atau neurologis, serta tekanan darah.Tes tambahan mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari, seperti:
- Tes Darah: Untuk memeriksa kadar testosteron, gula darah (diabetes), kolesterol, dan fungsi ginjal atau hati.
- Urinalisis: Untuk memeriksa tanda-tanda diabetes atau masalah ginjal.
- Tes Vaskular: Ultrasonografi Doppler penis dapat digunakan untuk mengukur aliran darah ke penis.
- Tes Neurologis: Untuk memeriksa fungsi saraf.
- Tes Ereksi Nokturnal: Untuk membedakan antara penyebab fisik dan psikologis.
Pilihan Penanganan Disfungsi Ereksi
Penanganan DE bervariasi tergantung pada penyebabnya dan kondisi kesehatan individu. Pendekatan seringkali dimulai dengan perubahan gaya hidup dan kemudian beralih ke terapi medis jika diperlukan.1. Perubahan Gaya Hidup:
- Berhenti Merokok: Berhenti merokok dapat meningkatkan kesehatan pembuluh darah secara signifikan.- Batasi Konsumsi Alkohol: Mengurangi atau menghindari alkohol dapat membantu.
- Makan Makanan Sehat: Diet seimbang yang kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat mendukung kesehatan jantung.
- Berolahraga Secara Teratur: Aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular, mengurangi stres, dan membantu menjaga berat badan yang sehat.
- Menjaga Berat Badan Sehat: Menurunkan berat badan jika obesitas dapat mengurangi risiko DE.
- Kelola Stres: Teknik relaksasi, yoga, atau meditasi dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
2. Obat-obatan Oral:
Obat-obatan yang paling umum diresepkan untuk DE adalah inhibitor fosfodiesterase-5 (PDE5), seperti sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil. Obat-obatan ini bekerja dengan meningkatkan efek oksida nitrat, bahan kimia alami yang diproduksi tubuh yang melemaskan otot-otot di penis, sehingga meningkatkan aliran darah dan memungkinkan ereksi saat ada stimulasi seksual. Obat-obatan ini tidak menyebabkan ereksi secara spontan; stimulasi seksual masih diperlukan.3. Terapi Injeksi:
Jika obat oral tidak efektif, injeksi alprostadil langsung ke sisi penis (intracavernosal injection) dapat direkomendasikan. Obat ini menyebabkan ereksi dalam beberapa menit dan dapat bertahan hingga satu jam.4. Supositoria Uretra:
Alprostadil juga tersedia dalam bentuk supositoria kecil yang dimasukkan ke dalam uretra. Obat ini diserap melalui lapisan uretra dan membantu meningkatkan aliran darah ke penis.5. Terapi Pengganti Testosteron:
Jika DE disebabkan oleh kadar testosteron yang rendah, terapi pengganti testosteron (TRT) dapat dipertimbangkan. Namun, TRT hanya efektif jika DE memang terkait dengan kadar testosteron rendah dan tidak direkomendasikan untuk pria dengan kadar testosteron normal.6. Pompa Vakum Penis:
Alat ini terdiri dari tabung plastik yang ditempatkan di atas penis dan pompa untuk menciptakan vakum. Vakum menarik darah ke penis, menyebabkan ereksi. Cincin konstriksi kemudian ditempatkan di pangkal penis untuk mempertahankan ereksi.7. Implan Penis:
Untuk kasus DE yang parah dan tidak merespons pengobatan lain, implan penis (prostesis penis) dapat menjadi pilihan. Ini melibatkan penempatan batang yang dapat dipompa atau ditekuk secara bedah ke dalam penis.8. Konseling dan Terapi Psikoseksual:
Jika faktor psikologis berkontribusi terhadap DE, konseling individu atau pasangan, atau terapi seks, dapat sangat membantu. Terapi ini dapat membantu mengatasi kecemasan kinerja, stres, depresi, atau masalah hubungan.9. Pengobatan Alternatif dan Pelengkap:
Meskipun beberapa suplemen herbal atau pengobatan alternatif dipasarkan untuk DE, bukti ilmiah untuk efektivitas dan keamanannya seringkali terbatas atau tidak ada. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba pengobatan alternatif apa pun, karena beberapa di antaranya dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain atau memiliki efek samping yang tidak diinginkan.Disfungsi ereksi adalah kondisi yang dapat diobati, dan ada banyak pilihan yang tersedia untuk membantu pria mendapatkan kembali fungsi seksual mereka. Penting untuk mencari bantuan medis jika mengalami gejala DE, karena hal itu tidak hanya meningkatkan kualitas hidup seksual tetapi juga dapat mengungkapkan masalah kesehatan mendasar yang memerlukan perhatian.